Images

Images

Selasa, 14 Desember 2010

Bagaimana Benua Afrika Terbelah?

By Muhammad Firman - Senin,13 Desember


Retakan yang muncul di Afrika akan membelah benua itu menjadi dua
VIVAnews - Umumnya, pembentukan sungai, laut, atau gunung terjadi dalam waktu yang sangat lambat. Namun, kasus yang terjadi di Afar, kawasan utara Ethiopia, lain dari yang lain. Sebuah samudera mulai terbentuk dengan kecepatan luar biasa, untuk ukuran standar geologi.
Pada tahun 2005, Dereje Ayalew dan rekan-rekannya yang merupakan geolog dari Addis Ababa University terkejut, dan bahkan ketakutan. Bagaimana tidak, mereka baru saja turun dari helikopter dan menginjakkan kaki di dataran gurun di Ethiopia, saat bumi yang mereka pijak berguncang.
Sontak, pilot berteriak memanggil mereka kembali ke helikopter, dan benar saja. Seketika itu Bumi terbelah. Retakan tanah membuka dengan cepat dan bergerak menuju ke arah peneliti layaknya ritsleting yang membuka.
Setelah beberapa saat, tanah berhenti bergerak dan setelah pulih dari keterkejutannya, Ayalew dan rekan-rekannya menyadari bahwa mereka baru saja menyaksikan sejarah. Untuk pertamakalinya, manusia dapat menyaksikan tahap pertama lahirnya sebuah samudera.
Fenomena Abnormal
Normalnya, perubahan yang terjadi pada permukaan Bumi nyaris tidak kentara. Seumur hidup manusia terlalu singkat untuk menyaksikan sungai berbelok arah, gunung bertambah tinggi, atau terbukanya lembah baru.
Akan tetapi, di Afar, dalam beberapa bulan muncul ratusan celah yang memisahkan dasar gurun. Di saat yang sama, ilmuwan mendapati kenaikan ketinggian magma dari dalam Bumi semakin mendekati permukaan tanah.
Magma ini nantinya akan membentuk basal yang menjadi dasar samudera. Secara geologi, Seperti dikutip dari Spiegel, 13 Desember 2010, tak lama kemudian air dari Laut Merah akan memenuhi kawasan yang turun tersebut. Samudera akan lahir dan memecah Afrika.
Fenomena dramatis yang disaksikan Ayalew dan rekan-rekannya di gurun pasir Afar pada 26 September 2005 lalu merupakan bukti nyata proses itu. Terbukanya celah diikuti gempa bumi yang berlangsung terus menerus selama seminggu.
Dalam beberapa bulan kemudian, ratusan celah lain muncul di tanah, menyebar di kawasan seluas sekitar 900 kilometer persegi. “Bumi tidak berhenti bergerak setelahnya,” kata Tim Wright, geofisikawan dari University of Oxford. “Tanah masih terus terbelah dan tenggelam. Gempa bumi kecil masih terus mengguncang kawasan itu,” ucapnya.
Segitiga Afar, yang memotong Ethiopia, Eritrea, dan Djibouti, merupakan retakan terbesar di Bumi. Di bawahnya, ada tiga lempeng tektonik di mana lempeng Afrika dan Arab semakin menjauh dengan kecepatan 1 sampai 2 sentimeter per tahun. Ketika dua lempeng bergerak menjauh, tanah di atasnya anjlok dan menyediakan ruang untuk menampung air dari Laut Merah.
Pergerakan Tektonik
Lempeng bumi yang terus bergerak mengakibatkan Segitiga Afar tenggelam dengan cepat. Bagian tertentu sudah turun hingga lebih dari 100 meter di bawah permukaan laut.
Saat ini, dataran tinggi yang mengelilingi penurunan Afar masih mampu mencegah air dari Laut Merah masuk ke kawasan ini. Akan tetapi, erosi dan pergerakan lempeng tektonik terus menurunkan ketinggian benteng alami tersebut. Belum lagi banjir yang rutin melanda kawasan itu.
Sumber magma Afrika adalah sebuah aliran batuan lunak raksasa di perut Bumi dan memotong melintasi benua Afrika. Proses pergerakan magma ini dimulai sekitar 30 juta tahun lalu saat pertamakali lava berhasil mencapai lempeng benua dan kemudian memisahkan semenanjung Arab dengan Afrika dan menghasilkan Laut Merah.
Rangkaian gunung berapi yang berjajar sepanjang sekitar 6 ribu kilometer di bagian timur Afrika juga memberikan bukti bahwa benua Afrika sedang terbelah. Di beberapa bagian, kerak bumi sudah mulai terbuka dan memungkinkan magma di bawahnya merangsak naik.
Dari Laut Merah di utara, sampai ke Mozambik di selatan, lusinan gunung berapi telah terbentuk. Gunung Kilimanjaro dan Nyiragongo merupakan dua yang terpopuler.
Menurut geofisikawan, dalam 10 juta tahun ke depan, gunung-gunung berapi aktif ini dan juga kawasan dataran di sekitar retakan-retakan Afar, pada akhirnya akan tenggelam ke dalam laut.

Minggu, 12 Desember 2010

Ternyata Binatang Purba masih ada yang hidup. Yaitu berupa Ular Buta!

Ular buta (ular purba) telah ditemukan sebagai salah satu dari beberapa spesies yang hidup sekarang di Madagaskar yang telah ada sejak pulau ini terlepas dari India sekitar 100 juta tahun lalu, menurut sebuah studi yang dipimpin oleh Blair Hedges dari Penn State University di amerika serikat dan Nicolas Vidal, dari Muséum National d’Histoire Naturelle di Paris. (Credit: Frank Glaw) ScienceDaily (31 maret 2010) — “Ular buta tidaklah cantik, ia jarang ditemukan,dan sering dikira cacing tanah,” kata Blair Hedges, professor biologi dari Penn State University.

Bagaimana Ular Purba Mampu Bertahan Hidup?
“Walau begitu, mereka memberikan sejarah evolusi yang sangat menarik.” Hedges dan Nicolas Vidal, dari Muséum National d’Histoire Naturelle in Paris, adalah wakil ketua tim yang menemukan kalau ular buta adalah salah satu dari sedikit kelompok organisme yang tinggal di Madagaskar saat ia berpisah dari India sekitar 100 juta tahun lalu dan masih hidup hingga sekarang. Hasil studi mereka diterbitkan tanggal 31 maret 2010 dalam Royal Society journal Biology Letters.
Ular buta (ular purba) memuat sekitar 260 spesies dan menjadi kelompok terbedar dari ular mirip cacing di dunia — scolecophidians. Hewan bawah tanah ini umumnya di temukan di benua selatan dan kepulauan tropis, namun ada di semua benua kecuali antartika. Mereka memiliki penglihatan yang tereduksi — dan inilah mengapa di sebut “buta” — dan mereka memakan serangga sosial seperti rayap dan semut. Karena hampir tidak ada fosil ular buta, evolusi mereka sulit dipahami. Juga, karena gaya hidup bawah tanah mereka, para ilmuan telah lama berpikir bagaimana mereka bisa menyebar dari benua ke benua.
Dalam studi ini, tim menyelidiki evolusi ular buta dengan memeriksa genetika spesies hidup. Mereka mengekstrak lima gen nukleus, yang menyandi protein, dari 96 spesies ular mirip cacing untuk membuat pola percabangan evolusi mereka dan memungkinkan tim ini memperkirakan waktu divergensi beragam silsilah ular buta dengan jam molekul. “Penemuan kami menunjukkan kalau apungan benua berpengaruh besar pada evolusi ular buta,” jelas Vidal, “karena memisahkan populasi satu dari yang lain saat benua-benua berpisah.”
Mutasi pada gen merekam sejarah ular bermata kabur ini. Penelitian genetika mengungkapkan kalau leluhur ular mirip cacing muncul di Gondwana, superbenua selatan purba. Pemisahan awal terjadi sekitar 155 juta tahun lalu saat Gondwana terpecah menjadi Gondwana timur (massa daratan Antartika, India, Madagaskar dan Australia) dan Gondwana barat (massa daratan amerika selatan dan Afrika). Penduduk Gondwana timur — ular buta — lalu berdiversi menjadi beberapa silsilah termasuk sebuah famili baru yang dinamai dalam studi ini dan hanya ditemukan di Madagaskar. Kemudian, Gondwana timur terpecah menjadi sebuah massa purba — yang disebut para peneliti “Indigaskar” (India plus Madagaskar) — dan pecahan lain memuat Australia dan Antartika. Penelitian menunjukkan kalau famili baru di Madagaskar muncul sebagai hasil dari pemecahan massa daratan Indigaskar sekitar 94 juta tahun lalu.
Isolasi panjang Madagaskar telah membawa pada evolusi banyak hewan endemik unik termasuk famili ular buta ini, beraneka ragam lemur, dan mamalia langka lainnya. Sayangnya, baik hewan maupun tanaman Madagaskar kini terancam punah karena kehilangan habitat. Kata anggota tim Miguel Vences, profesor dari Technical University of Braunschweig, Jerman dan salah seorang pejabat bidang keanekaragaman hayati di Madagaskar, “Penemuan akar purba kelompok hewan di Madagaskar memberi kita alasan lebih besar untuk melindungi habitat mereka yang semakin lenyap.”
Jika ular buta berawal dari Indigaskar, menyisakan sebuah famili hidup endemik sebagai bukti di Madagaskar, bagaimana mereka semua muncul di berbagai lokasi di dunia yang ada sekarang — Eropa, Asia, Australia, Afrika dan Amerika?
Filogeni yang dibuat oleh tim Hedges dan Vidal menunjukkan sederetan diversifikasi ular buta, keluar madagaskar, yang terjadi antara 63 hingga 59 juta tahun lalu. Periode diversifikasi terbesar ini bertepatan dengan waktu permukaan laut rendah, saat hubungan antara benua terbentuk dan persebaran hewan demikian lewat menempel pada benda-benda yang mengapung di lautan adalah mudah. Ular buta bergerak keluar Afrika lewat Eropa dan Asia — superbenua purba Laurasia di Utara — atau keluar India dan kemudian dari Asia tenggara ke Australiasekitar 28 juta tahun lalu. Karena tidak ada hubungan darat antara Asia dan Australia masa itu, ulat buta ini hanya dapat mencapai Australia dengan menyeberangi samudera hanya dengan menumpang pada benda-benda yang hanyut. Setelah itu, pemisahan silsilah ular buta mungkin terjadi karena mereka mengikuti evolusi dan tersebarnya mangsa mereka — semut dan rayap — dalam beragam daerah geografi.
Mengapung menyeberangi samudera tampaknya mekanisme yang tidak masuk akal bagi hewan bawah tanah bisa menyebar ke benua baru, namun ada kejadian kedua penyeberangan samudera oleh ular buta pada kelompok yang tersisa di Gondwana Barat : Gondwana Barat terpisah sekitar 100 juta tahun lalu, membuat Afrika dan Amerika Selatan menjadi benua yang terpisah, namun pemisahan genetik antara ular buta Afrika dan Amerika Selatan terjadi hanya pada 63 juta tahun lalu. Penemuan ini menunjukkan kalau ular buta mungkin tetap di Afrika saat Gondwana Barat membelah dan kemudian baru bergerak ke Amerika Selatan — dan kemudian ke India Barat — dengan mengapung menyeberangi Atlantik dari timur ke barat.
Perjalanan ini jarang didokumentasikan. Hanya enam atau tujuh vertebrata lainnya yang diduga melintasi Atlantik dalam arah menuju ke barat. Namun, penyeberangan akan membutuhkan waktu setidaknya enam bulan dan mungkin terlalu sulit bagi ular buta, yang memiliki kebutuhan makanan relatif kecil dan mungkin menumpang pada rakit tanaman bersama dengan mangsa serangganya.

Justin Bieber Kencani Dua Wanita SekaligusDengan ketampanan, kekayaan, dan popularitas, Bieber sanggup memikat jutaan wanita.

Justin Bieber. Penyanyi 16 tahun ini sedang digandrungi remaja di dunia. Di tengah popularitasnya yang melejit, pelantun tembang 'Baby' ini nekat bermain asmara dengan dua wanita penyanyi sekaligus, Selena Gomez dan Jasmine Villegas.

Seperti dikutip The Sun, Bieber dan Villegas terlibat kencan rahasia di Atlanta November silam. Sebelumnya, pasangan ini terlihat berciuman sekitar September. Hubungan mereka bahkan dikabarkan semakin hangat.

Villegas menganggap Bieber sebagai kekasihnya. Penyanyi R&B ini bahkan tak ragu pergi ke Atlanta demi mengunjungi Bieber. Dalam sebuah rekaman video, mereka pun terlihat sedang berciuman dan berpelukan.

Sementara di waktu yang sama, Gomez juga berpikir dirinya adalah kekasih Bieber. Gomez tak ragu menceritakan kemesraannya bersama Bieber, termasuk saat sarapan mesra di Philadelphia pekan ini.

Dengan ketampanan, kekayanan, dan popularitas, Bieber memang sanggup memikat jutaan wanita fansnya di dunia. "Aku mencintai dia, dia juga teman terbaik. Aku akan melakukan apapun untuk anak itu," kata Gomez.

VIVAnews

Ikan Duyung Pernah Hidup di Dunia!

Tidak Hanya Sekedar Mitos!

Tahun 1493, Christopher Columbus berlayar mendekati Haiti kepulauan Hawai, beserta para awak kapalnya melihat tiga mahluk aneh, yang muncul di permukaan laut luas dekat sebuah gugusan karang.
Mereka keheranan, tatkala melihat wajah dan bentuk fisik mahluk tersebut. separuh badan seperti manusia. Berlainan sekali dengan mahluk yang telah mereka kenal, di muka bumi ini. Ketika mereka mencari jawaban dari rasa keheranan itu, ketiga makhluk tersebut keburu menghilang ke dalam lautan luas, meninggalkan para awak kapal yang bengong kebingungan.

Pengalaman aneh itu terus membayangi pikiran Columbus sepanjang hidupnya, dan jadi pembicaraan hangat di manapun ia berkumpul. Malah dalam satu terbitan jurnalnya, pelaut Spanyol itu (kelahiran Italia, orang Italia) menorehkan dalam catatannya, bahwa makhluk itu wajahnya benar benar menyerupai manusia, tapi dari pinggang ke bawah seperti ikan. Catatan Columbus itu, mengundang banyak pertanyaan para pembaca. Seterusnya menimbulkan polemik dan perdebatan serius, dari para ilmuwan hingga beratus ratus tahun kemudian.. “Masa ada manusia yang hidup dan tinggal di dalam lautan, padahal untuk hidup di air, mahluk hidup harus memiliki insang ?” pikir para peneliti setengah percaya setengah tidak ,tatkala membaca catatan Columbus sehubungan fenomena misterius itu.
Catatan penemu benua Amerika itu, hingga saat ini terus berkembang. Bahkan selain Columbus, konon seorang pelaut Inggris bernama Henry Hudson, mengakui pernah bertemu dengan mahluk aneh seperti penemuan Columbus. Ia mengakui pertemuannya dengan mahluk misterius itu pada tahun 1608. Mahluk aneh itu dijumpai di sebuah gugusan pulau yang sebagian daratannya diliputi salju. Kisah perjalannya mengarungi “tujuh samudera” yang di antaranya ke daerah gugusan pulau pulau di dekat Siberia, Kutub Utara yang masih asing., dituangkan dalam dalam buku “The Adventures”Dikisahkan, ketika siang itu, dia dan para awak buah kapal sedang belayar di lautan Utara Rusia, di teropong pelaut melihat sosok benda mencurigakan berada di pinggir pantai sebuah gugusan karang yang diselimuti salju. Digambarkan bentuk mahluk itu, pada bagian atas jasadnya seperti manusia belia. Lekuk tubuhnya sangat jelas, memiliki rambut panjang tergerai dibalik bahu yang putih. Bagian tubuh bawahnya, yang ada di permukaan pasir pantai mirip seekor ikan.
Begitu mahluk itu menoleh ada mahluk asing di dekatnya, kawanan mahluk itu bergegas menghilang di kedinginan laut utara yang banyak esnya.Berbagai teori dan analisis dari berbagai belahan bumi, yang dikaitkan dengan misteri perwujudan ikan duyung itu, selama ratusan tahun terus bermunculan. Bukti demi bukti pun mulai banyak terungkap, baik berupa mummi, gambar di dinding kuil, bangunan kuno, ataupun bukti berupa patung-patung kuno.
Kisah manusia ikan ini, nyaris seperti cerita UFO atau
mahluk purba lainnya seperti, Lochness, ular naga, dan big foot yang merebak tidak pernah habis jadi bahan berita berdasarkan penemuan dan bukti bukti di lapangan, ditambah dengan berbagai bentuk pengujian. Para ilmuwan menyimpulkan, pada dasarnya para ahli bersepakat, bahwa mahluk purba ini merupakan salah satu spesies hidup yang pernah ada di muka bumi ini.
Hingga kini, kemajuan sains dan teknologi kelautan di dunia, pada dasarnya belum mampu mengungkap lebih jauh data data yang berkaitan dengan kehidupan mahluk air misterius ini.Dengan peralatan dan teknologi canggih sekarang, para ahli konon baru mampu menyelam hingga kedalaman sekitar 4.000 meter saja. Para ahli kelautan mengatakan, 70 prosen dari isi lautan dihuni oleh dua triliunan spesies biota laut yang kehidupannya belum terungkap. Yang sudah diinvestigasi para ahli saat ini, tidak lebih dari angka satu persen saja.
Jadi bukan tidak mungkin, ikan duyung juga sebenarnya wujud dari sebuah spesies biota laut yang pernah hidup. Namun diduga telah hilang dari percaturan sebelum kehidupannya diteliti. Memang semua kehidupan di kedalaman samudra, hingga kini masih belum terungkap semua.Hanya sedikit sekali yang tejangkau oleh para ahli kelautan dunia.
Dalam catatan dokumenter internasional lain, yang dibuat seorang veteran Perang Dunia II dan ahli ilmu pengetahuan alam bangsa Yunani bernama Pulini, dalam karya abadinya yang berjudul (terjemahan) “History of Universe ” ( Sejarah Alam) dikatakan, berdasarkan bukti dan data yang terekam, yang diperoleh dari seluruh belahan bumi, keberadaan mahluk setengah ikan tersebut tidak perlu diragukan.Namun demikian, dari kehidupannya yang panjang, masih banyak jejaknya yang belum terungkap dan masih diselimuti misteri. Ia bahkan menduga kuat, bahwa mahluk air yang misterius itu masih ada keterkaitannya dengan mahluk dunia yang hilang di benua atlantis.
Para ahli lainnya, yaitu Doktor Yelimiya, ilmuwan dari Rusia juga menceritakan penemuan kelompok studinya, yang terdiri dari para ahli biota laut. Mereka menemukan data sesosok mumi mahluk misterius di sebuah goa pesisir Pantai Laut Hitam,yang merupakan bagian dari wilayah Rusia Selatan. Kabar penemuan ini, diungkapkan dalam sebuah jurnal penelitian ilmiah. Mereka mengungkapkan,sosok makhluk yang ditemukan tersebut berbeda dengan temuan temuan di daerah lain.
Mahluk aneh ini lebih tampak benar benar seperti seorang wanita, berparas aneh berkulit hitam. Fisik mummi ini dari ekor hingga pinggangnya bersisik, sementara dari bagian tengah ke atas berupa wajah manusia dengan panjang 173 cm. Dari uji carbon, para ilmuwan meyakini usia makhluk tersebut, ketika meninggal usianya lebih dari 100 tahun, dan usia mumminya berumur sekitar 4.000 tahun.
Di Indonesia, ikan duyung bentuknya seperti ikan lumba-lumba.Hidup berkelompok di perairan Timur Indonesia dari Pulau Bali hingga ke NTT dan Kepulauan Maluku. Ikan ini sangat jinak dan termasuk binatang menyusui atau mamalia laut, karena menyusui anaknya seperti ikan paus yang sering tertangkap oleh para nelayan.Uniknya bila bersentuhan dengan udara, dari bagian kelopak matanya keluar air. Air inilah mungkin,yang sering disebut dengan air mata duyung untuk diolah jadi minyak duyung yang memiliki khasiat dalam pengobatan dan konon juga dalam pengasihan.
Bila melihat data dan fakta yang bisa disaksikan oleh mata dan kepala kita, mahluk purba yang tubuh bagian bawahnya berupa ikan dan pada bagian kepalanya ada yang mirip manusia ini, memang pernah ada dan dipercayai pernah hidup di muka bumi. Berbeda dengan keberadaan sosok ular naga, atau mahluk mahluk misterius lainnya bukti bukti fisiknya hingga sekarang masih belum ditemukan. Sementara penyebaran informasi keberadaan mahluk “ikan duyung ” dan naga di dunia, sudah merambah luas.Namun apakah ikan yang separuh berbadan manusia cantik ini,masih ada sekarang? Tentu saja masih perlu dibuktikan. Setuju?

Dikutip dari INFORMASI KEAJAIBAN ALAM, MANUSIA DAN DUNIA


Dedi Riskomar, wartawan senior, member of IFAJ ( International Federation of Agricultural Jurnalists), sumber: newspaper.pikiran-rakyat.com – annunaki.wordpress.com

Minggu, 24 Oktober 2010

postingan awal

nie postingan awal akku..
cz nie blog baru akku..
jaddi salam kenal iia...